Sekilas Tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Learning)

 


SEKILAS TENTANG PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Oleh :

Sonia Titipani Abidin

CGP Kab. Garut

 

A.    Definisi Pembelajaran Diferensiasi

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan :

1.      Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

2.      Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.

3.      Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

4.      Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

5.      Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Pembelajaran berdiferensiasi (PB) bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kepedulian pada siswa dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan siswa menjadi focus perhatian dalam PB. Profil pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar siswa. PB mengharuskan pendidik mencurahkan perhatian dan memberikan tindakan untuk memenuhi kebutuhan khusus siswa. PB memungkinkan guru melihat pembelajaran dari berbagai perspektif.

PB merupakan proses siklus mencari tahu tentang siswa dan merespons belajarnya berdaarkan perbedaan. Ketika guru terus belajar tentang keberagaman siswanya, maka pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif akan terwujud. PB merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan siswa agar tercapai peningkatan hasil belajar. PB bukanlah pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar siswa dengan strategi pembelajaran yang independen. Saat guru merespon kebutuhan belajar siswa, berarti guru mendiferensiasikan pembelajaran dengan menambah, memperluas, menyesuaikan waktu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Pembelajaran berdiferensiasi pada hakikatnya pembelajaran yang memandang bahwa siswa itu berbeda dan dinamis. Karena itu, sekolah harus memiliki perencanaan tentang pemberajaran berdiferensiasi, antara lain:

1. Mengkaji kurikulum saat ini yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan siswa.

2. Merancang perencanaan dan strategi sekolah yang sesuai dengan kurikulum dan metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa.

3. Menjelaskan bentuk dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa.

4. Mengkaji dan menilai pencapaian rencana sekolah secara berkala.

 

Tabel 1.1. Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Tidak
Berdiferensiasi

1. Fleksibel, siswa belajar dengan teman sebaya yang sama atau berbeda kemampuan sesuai dengan kekuatan dan minatnya.

1. Labeling, bahwa siswa tidak disamakan dengan kemampuan kelompoknya.

2. Memberikan tugas belajar
sesuai dengan minat dan
kesiapan belajar siswa, namun
tetap mengacu kepada tujuan
pembelajaran

2. Menganggap siswa tidak
mampu mengerjakan
tugas dan berpikir tingkat
tinggi.

3. Pembelajaran yang didasarkan
pada asesmen dan kebutuhan
belajar.

3. Pembelajaran tidak
didasarkan pada asesmen
dan kebutuhan belajar.

4. Siswa belajar berdasarkan
tujuan kurikulum yang sama
namun menggunakan krietria
keberhasilan yang bervariasi.

4. Siswa belajar dengan
tujuan kurikulum yang
berbeda.

5. Siswa menentukan sendiri
cara belajarnya.

5. Guru bertanggung jawab
penuh dengan cara belajar
siswa.

6. Kegiatan pembelajaran
terstruktur.

6. Kegiatan pembelajaran
tidak terstruktur.

 

B.     Tujuan Pembelajaran Diferensiasi

1. Untuk membantu semua siswa dalam belajar. Agar guru bisa meningkatkan kesadaran terhadap kemampuan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh siswa.

2. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Agar siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tingkat kesulitan materi yang diberikan guru. Jika siswa dibelajarkan sesuai dengan kemampuannya maka motivasi belajar siswa meningkat.

3. Untuk menjalin hubungan yang harmonis guru dan siswa. Pembelajaran berdiferensiasi meningkatkan relasi yang kuat antara guru dan siswa sehingga siswa semangat untuk belajar.

4. Untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Jika siswa dibelajarkan secara mandiri, maka siswa terbiasa dan menghargai keberagaman.

5. Untuk meningkatkan kepuasan guru. Jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, maka guru merasa tertantang untuk mengembangkan kemampuan mengajarnya sehingga guru menjadi kreatif.


D.    Memetakan Kebutuhan Belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Kesiapan belajar (readiness) murid

2. Minat murid

3. Profil belajar murid

 

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugastugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

1.      Kesiapan Belajar (Readiness)

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).

 

 

2.      Minat Murid

Kita tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.

Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:

• Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;

• Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;

• Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;

• Meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda.

Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.

Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya misalnya:

• Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari atau bentuk lain sesuai minat mereka.

• Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.

• Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.

• Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.

• Membuat model.

 

3.      Profil Belajar Murid

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang.

Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.

Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil.

Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:

·         Lingkungan : suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.

·         Pengaruh Budaya : santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.

·         Visual : belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).

·         Auditori : belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).

·         Kinestetik : belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

 

E.     Komponen Pembelajaran Diferensiasi

Ada empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: isi, proses, produk, dan lingkungan belajar.

1.      Isi meliputi apa yang dipelajari siswa. Isi berkaitan dengan kurikulum dan materi pembelajaran. Pada aspek ini, guru memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa dan kondisi disabilitas yang dimiliki. Isi kurikulum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. Umumnya, guru tidak mampu mengontrol isi kurikulum yang spesifik (yang tidak bisa dipahami semua anak) berdasarkan gaya belajar siswa serta menyesuaikan materi pembelajaran berdasarkan jenis disabilitas yang dimiliki.

Contoh diferensiasi pada komponen isi adalah:

a. Menggunakan bahan bacaan pada berbagai tingkat keterbacaan.

b. Menyediakan bahan ajar pada kaset.

c. Menggunakan daftar kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa.

d. Mempresentasikan ide melalui sarana pendengaran dan penglihatan.

e. Menggunakan teman bacaan.

f. Menggunakan kelompok kecil untuk mengajarkan kembali ide atau keterampilan pada siswa yang mengalami kesulitan, serta memperluas pemikiran atau keterampilan peserta didik yang sudah menguasai. 

 

2.      Proses, yakni bagaimana siswa mengolah ide dan informasi. Bagaimana siswa berinteraksi dengan materi dan bagaimana interaksi tersebut menjadi bagian yang menentukan pilihan belajar siswa. Karena banyaknya perbedaan gaya dan pilihan belajar yang ditunjukkan siswa, maka kelas harus dimodifikasi sedemikian rupa agar kebutuhan belajar yang berbeda-beda dapat diakomodir dengan baik.

Gregory & Chapman (2002) menyatakan proses pembelajaran yang dimodifikasi tersebut adalah:

a. Mengaktifkan pembelajaran. Aktivitas belajar difokuskan pada materi yang dipelajari, menghubungkan materi yang belum dikuasai, memberi kesempatan pada siswa untuk mencari mengapa materi yang dipelajari penting, dan menjelaskan apa yang dilakukan siswa setelah belajar.

b. Kegiatan belajar. Melibatkan kegiatan pembelajaran yang sebenarnya, seperti pemodelan, latihan, demonstrasi, atau game pendidikan.

c. Kegiatan pengelompokkan. Baik kegiatan belajar individu maupun kelompok harus direncanakan sebagai bagian dari proses pembelajaran.

 

Contoh diferensiasi pada komponen proses adalah:

a. Menggunakan kegiatan berjenjang, semua siswa bekerja dengan pemahaman dan keterampilan yang sama, serta melanjutkan dengan berbagai tingkat dukungan, tantangan, dan kompleksitas.

b. Menyediakan pusat minat yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi diri.

c. Mengembangkan agenda pribadi (daftar tugas yang ditulis oleh guru) yang harus diselesaikan selama waktu yang ditentukan.

d. Menawarkan dukungan langsung lainnya bagi siswa yang membutuhkan.

e. Memvariasikan waktu yang disediakan bagi siswa untuk menyelesaikan tugas. 

 

3.      Produk, bagaimana siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai siswa dan memberikan materi berikutnya. Gaya belajar siswa juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru.

Contoh diferensiasi pada komponen produk adalah:

a. Memberi siswa pilihan cara mengekspresikan kebutuhan pembelajaran (seperti membuat pertunjukan boneka, menulis surat, atau membuat puisi).

b. Menggunakan rubrik yang cocok dan memperluas keberagaman tingkat keterampilan siswa.

c. Membolehkan siswa bekerja sendiri atau berkelompok kecil untuk menuntaskan tugas.

d. Mendorong siswa untuk membuat tugas mereka sendiri. 

 

4.      Lingkungan Belajar, bagaimana cara siswa bekerja dan merasa dalam pembelajaran. Contoh diferensiasi pada komponen lingkungan belajar adalah:

a. Memastikan ada tempat di ruangan untuk bekerja dengan tenang dan tanpa gangguan, serta tempat yang menyediakan siswa berkolaborasi.

b. Menyediakan materi yang mencerminkan berbagai budaya.

c. Menetapkan pedoman yang jelas untuk kerja mandiri yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Mengembangkan rutinitas yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan bantuan ketika guru sibuk dengan siswa lain dan tidak dapat segera membantu mereka.

e. Membantu siswa memahami bahwa ada siswa yang perlu bergerak untuk belajar, sementara yang lain lebih suka duduk dengan tenang.

 

F.     Prinsip-prinsip Pembelajaran Diferensiasi

1. Asesmen yang berkesinambungan dalam pembelajaran. Guru secara terus menerus mengumpulkan informasi tentang bagaimana siswa belajar sehingga dapat menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

2. Guru menjamin proses pembelajaran yang mengakui keberadaan semua siswa. Siswa dibelajarkan berdasarkan kesamaan minat, merangkul semua siswa. Guru memandang semua tugas siswa berharga dan bermanfaat.

3. Pengelompokkan siswa secara fleksibel. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan semua siswa bekerjasama dengan berbagai teman sebaya pada waktu tertentu. Siswa juga bekerja dengan teman sebaya yang memiliki tingkat kesiapan sama dan berbeda dengan dirinya. Siswa juga bekerja dengan teman sebaya yang sama minatnya, kadang dengan teman sebaya yang berbeda minatnya.

4. Adanya kolaborasi dan koordinasi yang terus menerus antara guru kelas/ guru bidang studi dengan guru pendidik khusus.

5. Guru dan siswa bekerja bersama membangun komitmen untuk mewujudkan hasil belajar yang diharapkan.

6. Penggunaan waktu yang fleksibel dalam merespon proses dan hasil belajar siswa.

7. Strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti pusat belajar, pusat pengembangan bakat dan minat, pusat olahraga, pembelajaran tutor sebaya, dan sebagainya.

8. Siswa dinilai dengan berbagai cara sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan setiap siswa. Tomlinson (2001).

 

G.    Komitmen dalam Pembelajaran Diferensiasi

Komitmen dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah janji yang saling mengikat hasil belajar siswa, mengembangkan profesional dan proses kolaborasi yang menjamin keberhasilan belajar bagi semua. Komitmen pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, meliputi:

1. Menggunakan asesmen. Termasuk di dalamnya memperhatikan masukan, kesiapan, minat dan bakat siswa.

2. Menggunakan hasil asesmen untuk mendiferensiasikan lingkungan belajar, pembelajaran, dan evaluasi.

3. Memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

4. Membuat penyesuaian (bisa dilakukan kapan saja) untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dapat diperkirakan.


Bagi Sahabat yang ingin menyimpan file artikel ini, bisa diunduh di link berikut :

Sekilas Tentang Pembelajaran Diferensiasi


Posting Komentar untuk "Sekilas Tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Learning)"