MEMBANGUN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI BUDAYA POSITIF DI KELAS 4 SDN 1 SUKAHURIP

 

MEMBANGUN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI BUDAYA POSITIF

DI KELAS 4 SDN 1 SUKAHURIP

Oleh :

Sonia Titipani Abidin

CGP Kabupaten Garut

 

Seringkali permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kurang adanya komunikasi ini menyebabkan relasi murid dan guru menjadi kurang akur. Salah satu langkah dalam menerapkan budaya disiplin positif adalah dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan.

Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap pengajar. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid.

Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Murid dapat mengalami kesulitan dalam mengingat banyak informasi, jadi susunlah 4 - 8 aturan untuk setiap kelas. Jika berlebihan, murid akan merasa kesulitan dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka.

Kesepakatan yang disusun perlu mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan. Kesepakatan perlu dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala, seperti setiap awal semester. Untuk mempermudah pemahaman murid, kesepakatan dapat ditulis, digambar, atau disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan disadari oleh murid. Strategi lain adalah dengan mencetaknya di setiap buku laporan kegiatan murid. Hal ini menjadi strategi yang baik untuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah.

Dalam menyusun kesepakatan kelas, langkah-langkah yang saya lakukan yaitu :

  • Bertanya kepada murid tentang apa itu kesepakatan kelas, kemudian menanyakan harapan dan keinginannya terkait aturan atau suasana di kelas
  • Bertanya dan menggali ide murid terhadap aturan kelas yang diinginkannya melalui Grup Whatsapp kelas (hal ini dilakukan karena kondisi tidak memungkinkan untuk mengumpulkan siswa di sekolah/kelas)
  • Setelah murid memberikan ide-idenya, saya merangkum ide-ide tersebut kemudian mendiskusikannya dengan murid
  • Saya menuliskan poin-poin penting kesepakatan kelas dan menanyakan persetujuan siswa terhadap kesepakatan yang telah dibuat, apakah perlu diperbaiki atau sudah baik
  • Saya mengajak murid untuk menandatangani kesepakatan kelas bersama sebagai persetujuan bahwa kesepakatan kelas telah disepakati bersama.         

Setelah berdiskusi dengan siswa di Grup Whatsapp, terbentuklah kesepakatan kelas sebagai berikut :

  1. Selalu menjaga kebersihan kelas dan halaman
  2. Selalu bekerja sama/berkolaborasi/ bergotong royong dan saling membantu
  3. Membiasakan diskusi/musyawarah untuk mengambil keputusan
  4. Rajin membaca
  5. Disiplin
  6. Menjaga ketertiban kelas
  7. Saling menghargai dan menghormati

       

Setelah kesepakatan kelas terbentuk, saya dengan murid membuat komitmen untuk melaksanakan kesepakatan kelas tersebut dengan sebaik-baiknya. Saya memberikan pemahaman bahwa kesepakatan kelas ini adalah milik siswa dan merekalah yang menentukan keberhasilan dari pelaksanaan kesepakatan kelas ini. Siswa saling mengingatkan satu sama lain jika ada yang melanggarnya. Kami pun menyepakati konsekuensi jika ada yang melanggar kesepakatan tersebut. Konsekuensi jika ada yang melanggar bukan berupa hukuman baik itu fisik maupun verbal tapi berupa konsekuensi logis atas apa yang diperbuat oleh siswa agar siswa sadar bahwa kesepakatan kelas ini adalah milik bersama, dijaga sama-sama dan untuk kenyamanan bersama dalam belajar. Misal, jika ada siswa yang membuang sampah sembarangan, maka konsekuensinya adalah siswa tersebut harus memungut kembali sampah yang dibuangnya secara sembarangan dan membuangnya ke tong sampah yang sudah disediakan.

Dalam proses penyusunann kesepakatan kelas ini tidak semua siswa ikut berkontribusi dikarenakan kendala sinyal dan fasilitas internet/gadget. Hal ini saya maklumi karena memang tidak semua siswa mempunyai fasilitas yang memadai terkait proses penyusunan kesepakatan kelas secara daring melalui Grup Whatsapp ini. Hal ini pula, akan menjadi tantangan tersendiri nantinya ketika kesepakatan kelas ini diterapkan di kelas pada masa kembali bersekolah setelah Pandemi berakhir atau sesuai kebijakan pemerintah. Siswa yang tidak ikut berkontribusi, dikhawatirkan tidak dapat melaksanakan kesepakatan kelas ini dengan baik karena mereka tidak ikut serta dalam penyusunannya sehingga rasa memiliki dan kesadaran mereka akan kesepakatan ini rendah. Selain itu, konsistensi siswa dalam mematuhi kesepakatan kelas ini menjadi sebuah tantangan bagi saya untuk merefleksikan kembali kesepakatan kelas dengan siswa untuk perbaikan ke arah yang lebih positif.

Untuk membaca artikel ini dalam format pdf, silahkan klik link berikut :

MEMBANGUN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI BUDAYA POSITIF

 

Garut, Desember 2020

Mari Wujudkan Merdeka Belajar

Salam Guru Penggerak

Posting Komentar untuk "MEMBANGUN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI BUDAYA POSITIF DI KELAS 4 SDN 1 SUKAHURIP"