Sintesis Materi Modul 1.1 - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


SINTESIS MATERI MODUL 1.1

Oleh : S. Hehanussa, S.Pd.

Calon Guru Penggerak Kota Ambon



Saya percaya bahwa sikap otoriter dalam pembelajaran dengan pendekatan perintah-sanksi dapat mendisiplinkan peserta didik, membiasakan  peserta didik untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Hal lainnya adalah kompetensi peserta didik, pada lingkup diluar pembelajaran saya ikut terlibat dalam pembinaan pembiasaan nilai karakter atau budi pekerti secara spontanitas dengan pendekatan seadanya. Tetapi dalam kegiatan pembelajaran saya kurang memberi perhatian untuk aspek afektif atau budi pekerti karena asumsi saya sebagai pengemban mata pelajaran eksakta yang titik focusnya kepada aspek koginit dan psikomotirik. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan, bagi saya ini adalah dampak dari sistem pendidikan kita yang tidak mengakar pada budaya atau filosofis bangsa sendiri. Juga pendidikan kita tidak punya visi yang jelas indikasinya adalah dengan seringnya gonta-ganti kurikulum.

Setelah saya ikut pendidikan guru penggerak dan ikut dalam kegiatan pembelajaran pada modul 1.1. Tentang filosofis dan pemikiran pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara saya berpikir kenapa selama ini saya hanya tahu sebatas dan dangkal tentang semboyan Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangunkarsa dan Tut Wuri Handayani, padahal pemikiran beliau  tentang pendidikan cukup banyak dan luar biasa.

Perubahan pemikiran setelah mengenal lebih dalam tentang Guru Bangsa Raden Mas Soewardi Soeryaningrat  atau Ki Hajar Dewantara dan Pemikiran beliau, bahwa mendidik adalah upaya untuk memanusiakan manusia atau  meningkatkan kualitas makhluk dari basyar ke insan.

Basyar adalah makhluk yang membutuhkan makan dan minum dan bergantung kepada kebutuhan materi, sedangkan insan adalah manusia yang bertaqwa, cerdas menalar, berbudaya, taat aturan dan tidak liar.

Manusia secara fitrahnya atau bawaannya dalah makhluk merdeka, jika dikekang kemerdekaannya maka dia akan berontak. Dalam pembelajaran guru harus menghargai dan menghormati peserta didik sebagai manusia merdeka, manusia merdeka memiliki hak-hak azasi: hak untuk medapatkan pendidikan yang layak, hak untuk  bebas penyiksaaan dan perlakuan merendahkan, hak demokrasi dll. Manusia merdeka adalah yang menghargai kemerdekaan orang lain.

Pendekatakan pendidikan dan pengajaran dalam bentuk perintah-sanksi akan menimbulkan ketidaknyamanan dan menghasilkan pribadi pemberontak, acuh tak acuh, dan rendahnya daya juang (quitter). Harusnya pendidik menggunakan pendekatan kekeluargaan, peserta didik diperlakukan seperti mendidik anak kandung atau berlaku sebagai bapak atau ibu kandungnya.

Untuk menghasilkan pribadi insani atau manusia paripurna, maka dalam pendidikan dan pengajaran pendidik harus menggunakan pendekatan holistik dan seimbang dari aspek cipta, rasa, karsa dan pekerti dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik yang dasarnya beragam dan unik atau sesuai bawaan dan zamannya peserta didik.

“Cita-cita lahir batin manusia. Hidup salam dan bahagia: selamat lahirnya dan bahagia batinnya, dicapai dengan kecukupan lahirnya dan bebas merdeka jiwanya, bebas dari gangguan lahir batin & ketakutan”. (Ki Hajar Dewantara)

“ … kewajiban kita pada anak-anak kita di masa yang akan datang ini adalah tidak hanya memperbanyak dan memperbaiki kesempatan untuk belajar bagi anak-anak kita, akan tetapi wajiblah kita pula untuk menghidupkan aliran kemanusiaan di dalam sistem pendidikan kita untuk rakyat kita”. (KHD)

“pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya” (KHD, 2009)

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

Belajar adalah bentuk adaptasi manusia yang berangkat dari insting atau sifat lahiriah untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya juga kepentingan hidup bermasyarakat. Selain fasilitas, belajar sangat berhubungan erat dengan kenyamanan.

Yang segera saya lakukan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah mengidentifikasi karakteristik mereka, mulai dari kulturnya, gaya belajarnya, kemampuan menyerap materi pelajaran, bakat atau minatnya, juga meminta pendapat mereka tentang hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan mereka untuk dapat belajar dengan baik. Kemudian bersama meninjau ulang kesepakatan kelas yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.



SALAM DAN BAHAGIA!

“Cita-cita lahir batin manusia. Hidup salam dan bahagia: selamat lahirnya dan bahagia batinnya, dicapai dengan kecukupan lahirnya dan bebas merdeka jiwanya, bebas dari gangguan lahir batin & ketakutan”. (KHD)


Penulis :

S. Hehanussa, S.Pd.

Calon Guru Penggerak Kota Ambon

Unit Kerja : SMA Muhammadiyah Ambon

Email : damashehanussa@gmail.com

alamat channel YT https://youtube.com/channel/UC73xx6kdCSJsdTaAvUkdyFg

Posting Komentar untuk "Sintesis Materi Modul 1.1 - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara"