Paradigma Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Prototipe (2022)

Paradigma Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Prototipe (2022)

Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengatakan bahwa “pendidikan berhamba pada anak” atau juga bisa disebut pendidikan yang berpihak pada peserta didik. Dengan demikian proses pendidikan harus difokuskan pada peserta didik, bukan fasilitas, keinginan pimpinan lembaga bahkan bukan juga kurikulum. Maka pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat” Dengan demikian guru harus memperhatikan capaian, tingkat kemampuan, kebutuhan peserta didik sebagai acuan untuk merancang pembelajaran, yang intinya pembelajaran harus berpusat pada peserta didik. 


Teaching at the Right Level (TaRL) 

Pengajaran dengan menggunakan pendekatan Teaching at the Right Level (TaRL) adalah mengatur peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas. Namun dikelompokkan berdasarkan fase perkembangan ataupun sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik yang sama. Sehingga acuannya pada capaian pembelajaran, namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya. Demikianpun dengan hasil belajarnya, juga ditentukan oleh berdasarkan evaluasi pembelajaran sesuai dengan fase/levelnya. Peserta didik yang belum mencapai capaian pembelajaran di fasenya, akan mendapatkan pendampingan oleh pendidik untuk bisa mencapai capaian pembelajarannya. 


Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan sebagai berikut : 

1) Tahapan Asesmen

Yaitu dengan mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan, tahap perkembangan peserta didik 

2) Tahapan Perencanaan

Yaitu menyusun proses pembelajaran yang sesuai dengan data asesmen, termasuk pengelompokkan peserta didik dalam tingkat yang sama dan juga meyusun pembelajaran yang sesuai dengan capaian ataupun tingkat kemampuan peserta didik yang merupakan pusat utama pembelajaran 

3) Tahapan Pembelajaran

Selama proses pembelajaran ini, perlu dibuat adanya asesmen-asesmen berkala untuk melihat proses pemahaman murid, kebutuhan, kemajuan selama pembelajaran dan juga melakukan proses evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran di akhir suatu pembelajaran, biasanya dalam bentuk projek.


Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)

Pembelajaran Projek ini juga dikenal PBL (Project Based Learning) yang merupakan pemberian tugas kepada siswa yang harus diselesaikan dalam periode dan waktu tertentu mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyerahan produk beberapa untuk model produk dari PBL, dapat dikelompokan dalam tiga model yaitu 

1. Produk Karya Teknologi yang salah satu bentuknya membuat animasi atau video 

2. Produk Karya Tulis, seperti membuat laporan hasil pengamatan 

3. Produk Prakarya contohnya membuat miniatur rumah dari barang bekas 


Untuk proses evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis Projek (PBL) bisa dilakukan dengan tiga model penilaian yaitu 

1. Assessment of Learning,

2. Assessment for Learning dan 

3. Assessment as Learning.


BACA JUGA :

👉Implementasi Kurikulum Prototipe (2022) di Sekolah, Konsekuensinya Apa?


👉Perbedaan Kurikulum Prototipe (2022) dan Kurikulum 2013


Posting Komentar untuk "Paradigma Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Prototipe (2022)"